MOHON DUKUNGAN

MOHON DUKUNGAN

Jumat, 31 Agustus 2012

Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi Masuk Islam


Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi Masuk Islam

Jumat, 31 Agustus 2012, 22:12 WIB
socyberty.com
  
Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi Masuk Islam

Peneliti genetika yang juga pemimpin yahudi di Albert Einstein College menjadi mualaf.



AL-AKHBAR ON LINE - AMERIKA -- Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam setelah kagum dengan ayat-ayat Al-Quran tentang masa iddah wanita muslimah selama tiga bulan. Massa iddah merupakan massa tunggu perempuan selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya.
 
Seperti dikutip dari societyberty.com, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan, massa iddah wanita sesuai dengan ayat-ayat yang tercantum di Alquran. Hasil studi itu menyimpulkan hubungan intim suami istri menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik khususnya pada perempuan.
 
Dia mengatakan jika pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh, maka tanda itu secara perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen. Gelhem menambahkan, tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan setelah tiga bulan berlalu. Karena itu, perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.

Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung sidik khusus dari pasangan mereka saja. 

Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita non-muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.

Sang pakar juga melakukan penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya menunjukkan istrinya ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja berasal dari dirinya.
 
Setelah penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini.

Senin, 27 Agustus 2012

APA TUJUAN dan TUGAS HIDUP MANUSIA DI BUMI INI MENURUT ALLAH?


APA TUJUAN dan TUGAS HIDUP MANUSIA DI BUMI INI MENURUT ALLAH?

“Mari kita saling ingat mengingatkan dlm kasih sayang dan bersabar”

.
Dengan Nama ALLAH swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Semoga ALLAH swt. membimbing saya untuk menjelaskan “Apa tujuan & TUGAS hidup manusia diciptakan oleh ALLAH” yang tertulis dalam Al Quran Nur Karim. Sebagai buku pedoman hidup manusia.
.
Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, kenapa dia dilahirkan, dan apa tujuan dan tugas2 hidupnya, berapa lama dia bisa hidup di dunia ini, dan kemana dia pergi setelah meninggalkan dunia ini?
.
Kalau manusia tidak bisa menjawab dengan benar, maka hidupnya seperti manusia yang hidup di hutan2 yang menutup auratnya dengan daun daunan. Mereka tidak berilmu.
Mereka tidak tahu tujuan&TUGAS hidupnya. Mereka menjalankan hidup seperti binatang saja yaitu kawin, beranak, dan kalau sudah dewasa anak di kawinkan lagi demikian seturusnya dan terakhir meninggal dunia.
.
Orang orang yang tinggal di kota pun banyak yang tidak mengetahui tujuan & TUGAS hidupnya. Ada yang mengatakan untuk mencari hidup yang bahagia, berkeluarga serta membesarkan dan mendidik anak2.
Mencari hidup yang bahagia juga bermacam macam;
ada yang bertapa, berzikir berjam jam di kamar yang gelap,ada yang hidup sederhana, ada yang mencari uang untuk memenuhi keinginannya, dll.
Apakah tujuan & TUGAS hidup mencari bahagia menutut ALLAH? Jawabannya adalah tidak.

allah-in-heart-1

Pendapat ulama2/usztad2 pun berbeda beda.
Ada sebahagian ulama mengatakan untuk mencari ALLAH atau mendekati diri kepada ALLAH dengan berzikir (memuji2 ALLAH) dlm kamar, dan bertapa.
Ada yang mengatakan untuk beribadah kepada ALLAH dengan menjalankan shalat, puasa,naik haji dan berzakat. Kalau rukun islam ini sudah dikerjakan,sudah merasa berislam yang benar. Mana yang benar cara2 demikian?
.
Untuk mendapatkan jawaban yang benar mari kita lihat Al quran yang di buat oleh ALLAH. Yang mana ALLAH juga menciptakan manusia, sudah tentu ALLAH lah yang Maha Tahu akan ciptaannya bukan?
Dalam AL Quran ALLAH telah dijelaskan dengan detail dan sempurna.
,
Selama ini kita sering mendengar dari ulama2 yang menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat QS 51:56 menjelaskan.
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
.
Beribadah (worship) kepada ALLAH diartikan menyembah(shalat) kepada ALLAH, berpuasa, naik haji, berbuat kebaikan2 dll.Kalau sudah menjalankan rukun islam ini(ritual), maka mereka sudah merasa beragama dengan benar.
Sesungguhnya bukanlah demikian menurut ALLAH. Penjelasan seperti diatas itu belumlah sempurna, sehingga hasilnya pun juga tidak sempurna. Seperti kita lihat masarakat islam sekarang ini yang masih terbelakang.
.
Beribadah kepada ALLAH bukanlah menyembah ALLAH saja, bukan menjalankan rukun islam yang lima saja, dan berbuat kebajikan saja, tetapi maknanya jauh dari itu.
Kalau diartikan seperti diatas ini,maka kita lihat hasilnya adalah masarakat yang tidak produktif alias miskin.Sangat menyedihkan bukan?
.
Beribadah kepada ALLAH SWT artinya mengabdi atau bekerja untuk ALLAH dengan sungguh2.
ALLAH adalah Raja di Raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai hamba2 atau pekerja2 (kariawan2) ALLAH,maka manusia seharusnya patuh dan taat mengikuti semua peraturan2 ALLAH bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berkerja di dunia ini.
.
Semua peraturan2 ALLAH itu tertulis dalam kitab2 sucinya; Taurat,injil dan AL Quran. Al Quran adalah buku pedoman hidup manusia yang terakir, dan sempurna.
.
Kita sudahtahu apa tujuan hidup kita yaitu mengabdi atau bekerja untuk ALLAH.
Mari kita lihat pula dalam AL Quran,apakah tugas2 hidup manusia di bumi ini sebagi pekerja2 dari ALLAH?

Jadi ada dua macam; satu tujuan hidup, dan kedua adalah tugas hidup;

Inilah tugas hidup manusia seperti ALLAH mengatakan sebagai berikuti;

“Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61). (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2 sama dengan kehidupan bintang.). .
Perintah bekerja untuk memakmurkan bumi, sudah diperintahkan sebelumnya oleh ALLAH kepada Nabi Adam yang diberitahukan kepada Nabi Musa (Taurat) seperti berikut ini;

God said to Adam.
•God said; “You will have to work hard and sweat to make the soil produce anything, until you go back to the soil from which you were formed. You were made from the soil, and you will become soil again” (Genesis 3.18-19.).

Perintah ALLAH kepada Nabi Adam, Nabi Musa, dan Muhammad saw adalah sama yaitu manusia yang diciptakan oleh ALLAH ini harus bekerja keras,sungguh2 untuk memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga,masarakat dan umat.

Nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban. Siapa yang rajin bekerja untuk ALLAH dan siapa2 yang malas malas bekerja untuk ALLAH.

Anda dapat melihat manusia2 yang tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai (Diin) buku pedoman hidup dari ALLAH, seperti manusia2 yang tinggal di hutan2.
Baju mereka masih terbuat dari daun2 untuk menutupi auratnya, dan tempat tinggal juga terbuat dari daun2 untuk melindungi dari hujan dan panas.
Sampai hari ini kita masih dapat melihat manusia2 yang tidak mendapat ilmu di hutan2. Dari satu generasi ke negerasi berikutnya. Sudah ribuan tahun mereka tetap tidak mempunayi ilmu untuk membangun pradapan yang islam yang maju,modren
Seperti kehidupan Nabi Adam dan Hawa yang menutup auratnya dari daun2 bukan?
.
Sebagai kariawan2 yang baik atau hamba2 ALLAH yang baik maka kita wajib memakmurkan atau mengolah bahan2 baku yang diberikan oleh ALLAH itu baik yang ada di dalam bumi maupun di kulit bumi.
Siapa2 yang tidak mau mengikuti perintah ALLAH ini, mereka tetap hidup seperti orang2 yang tinggal di hutan2 itu dan kalau ada yang tinggal di kota2 mereka pada umumnya hidupnya tidak produktif,miskin, karena mereka tidak mempunyai ilmu dan tidak tahu apa TUGAS hidupnya seperti yang dimaksud oleh ALLAH.
.
Mereka hidup bermalas malas atau hidup ber-santai2. Tugas hidup mereka adalah untuk mencari makan secukupnya, dan kemudian kalau sudah dewasa berkeluarga, beristri dan beranak. Menjalankan rukun islam yang lima.That is it.
.
Perintah2 ALLAH berikutnya kepada manusia adalah untuk mengolah bahan2 baku yang ada dalam bumi yang telah ALLAH sediakan berlimpah limpah agar bisa menjaga agama ALLAH.Perintah ini penting sekali,kalau tidak dilakukan maka umat islam mudah dikalahkan atau ditunduki atau di jajah oleh musuh2 islam.
.
Mohon di perhatikan perintah ALLAH ini dengan baik;
”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH swt mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam) dan Rasul2 padahal ALLAH swt. tidak dilihatnya. (QS..57:25).
.
Setiap orang muslim yang patuh kepada Raja(ALLAH SWT) maka wajib bekerja keras mengolah bahan2 baku seperti; besi,perak, minyak, emas,tembaga, kayu2, pertanian, perikanan dll menjadi barang2 yang berguna untuk kehidupan manusia, mendirikan industri2 bermacam macam barang, dan membuat senjata2 untuk mempertahankan agama ALLAH dan Rasulullah saw dari serangan2 musuh.
Umat islamlah yang diperintah oleh ALLAH, bukan umat lain2nya.
.
Siapa2 yang tidak ikut memakmurkan bumi ALLAH artinya mereka mengingkari perintah ALLAH ini. Hidup mereka akan susah dan kalau terjadi peperangan mudah dikalahkan serta di jajah.
.
Bagaimana untuk mengolah , mendirikan industri2 membuat barang2 yang bermanfaat dan untuk membuat senjata kalau tidak mempunyai ilmu? Makanya ALLAH memerintahkan untuk menuntut dan belajar bermacam macam disiplin ilmu. Bukan belajar ilmu agama saja sebagaimana di artikan oleh sebahagian golongan umat islam.

Banyak ulama2/ustad2 mendirikan madrasah2, tanpa mengajarkan disiplin ilmu2 lainnya kepada murid2, sebagaimana yang terjadi di negara2 islam Saudi Arabia,Pakistan dll. Cara begini adalah salah kaprah,tidak sempurna.setengah2
Tangan2 dari murid2 yang tamatan madrasah2 menjadikan orang2 berilmu agama yang tidak produktif, tapi konsumtif.

Bagaimana mereka bisa mentaati perintah ALLAH diatas tadi. Bagaimana mereka bisa mempertahankan agama ALLAH, kalau tidak mempunyai ilmu2 lain2nya.
Sistem pendidikan seperti ini perlu diperbaiki oleh generasi muda2.
.
Inilah perintah ALLAH berikutnya;
“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.58:11)
Artinya kalau ALLAH mewajibkan umat islam belajar atau menuntut ilmu, maka umat Islam seharusnya pula membuat sekolah bukan?
Tidak mungkin belajar di luar dengan atap langit dan dipadang pasir. Dan untuk belajar harus ada sekolah, buku-tulis, pena, pencil, pengapus, bangku bangku, kapur, alat2 penerangan,tidak mungkin munulis di tanah dengan jari sebagai alat tulis bukan?
.
Untuk membuat buku2 tulis harus pula menanam pohon2kapas untuk bahan baku kertas dan kain baju, kemudian membuat fabrik kertas dan kain, serta alat2 transportasi; speda, mobil, dan seterusnya, dari bahan2 baku diberikan diatas tadiQS 57:25 .
Dengan kata lain umat islam harus belajar bermacam disiplin ilmu untuk bisa membuat industri kain untuk menutupi tubuh dan kertas, bisa membuat pena,pensil,alat penerang alat tranportsai, membuat senjata dll.

Setiap individu muslim harus bekerja keras dan menuntut ilmu sebanyk2nya,agar kehidupan individu musli kuat dan sehat.
Kalau keluarga sehat dan kuat ekonominya,maka bangsa juga kan kuat ekonominya. Jadi semua itu harus dimulai dari setiap muslim. Dari diri sendiri.
Yang akhirnya membawa umat islam kearah kemajuan2 dan memberikan lapangan kerja yang banyak untuk pemuda dan pemudi agar mereka dapat meningkatkan; kemakmuran, kesehteraan, keamanan, keharmonisan, dan akhirnya umat islam dapat hidup bahagia, aman sentosa.Indah sekali ajaran islam bukan? Umat islam menjadi umat yang produktif, producer, umat industri,pertanian yang bertaqwa kepada ALLAH.Umat rahmatan lil’alamin.
.
Jadi islam adalah ajaran2 yang membawa kemajuan2 dalam segala aspek penghidupan terutama bidang ekonomi, technologi dan Science.
.
Ulama2, Da’i2, kotip2, islamic scholars adalah orang2 yang tahu akan ilmu agama dan dekat dengan umatnya. Ulama2 adalah orang2 yang memberitahu ajaran2 islam kepada umat dan serta memberikan contoh bagaimana mengaplikasikan setiap perintah2 ALLAH itu dengan baik dan sempurna.
Ulama2 adalah tiang /tonggak kemajuan umat islam. Kalau ulama2 salah memahami ajaran2 islam,maka umat akan salah pula, kalau ulama2 benar memahami ajaran2 islam,maka umat menjadi umat yang benar pula,artinya umat menjadi umat yang maju ekonomi, technologi,banyak lapangan kerja tersedia.

Sekiranya ulama2 dapat menyampaikan apa tujuan hidup manusia yang sebenarnya menurut ALLAH kepada umat, maka pemuda2 islam akan belajar rajin dan bekerja sungguh2 untuk ALLAH dengan sebaik baiknya.
.
Kalaulah setiap muslim sudah mengetahui, maka setiap muslim akan takut (taqwa) kepada ALLAH kalau mereka tidak bekerja rajin dan sungguh2 untuk memakmurkan bumi ALLAH ini ALLAH akan marah kepada mereka.”….Sedangkan ALLAH Maha Melihat apa yang dikerjakannya(setiap waktu)”.QS.57:25.
.
Kemudian perintah ALLAH berikutnya adalah menjadi seorang Khalifah.
Orang2 yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk ALLAH yaitu memakmurkan bumi ini,maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah dalam masarakat.
Dia mengajak dan membimbing masarakat untuk bekerja rajin memakmurkan bumi ALLAH artinya memakmurkan masarakat, memberikan lapangan kerja kepada pemuda2 dan pemudi2, mendirikan sekolah2 bermacam disiplin ilmu agar setiap muslim bisa pula menjadi seorang khalifah atau pemimpin dalam kelompok2nya. Seperti yang dicontohkan oleh Aa Gym.

Inilah perintah ALLAH itu.
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”. (QS.35:39.)
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini”QS.2:30
Kesimpulan:
Tujuan hidup manusia di ciptakan oleh ALLAH sesuai dengan difenisi oleh ayat2 ALLAH tersebut dibawah ini;
1.QS.56″51.“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah(bekerja) kepada-Ku”
Tugas hidup manusia di ciptakan oleh ALLAH sebagi berikut dibawah ini:
2.(QS.11:61). “Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia).
3.(QS..57:25).”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam) dan Rasul2 padahal Allah tidak dilihatnya.
4.”.(QS.58:11)“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
5.QS.2:30″Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini”
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi”. (QS.35:39.)
.
Demikianlah ALLAH memberitahukan, apa tujuan dan tugas hidup manusia di bumi ini menurut ALLAH yang menciptakan manusia.
.
Mudah2an kita sebagai pekerja2 atau hamba2 ALLAH yang baik,yang taat, maka marilah kita perbaharui niat dan tujuan hidup kita semoga kita semua mendapat kasih sayang , kepercaaan dan cinta ALLAH. Semoga hidup yang sekali ini akan sukses dan diberkahi oleh ALLAH.
.
Kalau kita cinta dan takut kepada ALLAH mari kita rajin2 belajar dan bekerja untuk mensejahterakan keluarga,masarakat dan umat islam pada umumnya agar umat2 lain dapat mencontoh cara hidup yang benar dari ALLAH.
.
Semoga penjelasan yang singkat ini dapat menggugah hati2 pemuda2 islam yang ingin melihat umat Islam berjaya kembali dalam segala aspek penghidupan.
Semoga masarakat islam menjadi masarakat Rahmatan lil’alamin buat kemanusian.Kalau benar itu datang dari ALLAH mohon di taati dengan baik,kalau salah itu datang dari saya karena kelamahan saya, mohon dikoreksi dan mohon maaf.
.
Jadi ajaran2 islam itu adalah indah sekali, ajaran2 yang membawa umat islam dan non islam kepada kemajuan2 dalam segala aspek penghidupan. Itulah ajaran ALLAH yang benar.
Sebaliknya ajaran2 yang mengatasnamakan islam tetapi tidak membawa umat menjadi sejahtera dan damai,maka pemahaman ajaran islam itu adalah salah kaprah.
.
Marilah saya ajak anda untuk berjuang menuju masarakat yang bermanfaat didunia berarti di akhirat. Berzikir, pikir dan ikhtiar
Keep your hands busy with works; keep your mouth busy with remembrance of Allah and leave inheritance as much as possible. Love your neighbor as you love yourself.
Hadist; Kamu belum beriman kepada Allah, kalau kamu belum mencintai tetangga kamu(baik islam maupun non islam)


Wallohu'alamu bissowab.

Rabu, 22 Agustus 2012

Thermometer Keimanan


Thermometer Keimanan

Rabu, 22 Agustus 2012, 23:03 WIB
a7x.web.id
  
Thermometer Keimanan

Ilustrasi


AL-AKHBAR ON LINE - Kadar keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang bagaikan thermometer.  

Setiap pribadi Muslim pada umumnya merasakan kadar keimanannya meningkat pada bulan Ramadhan. Mereka juga merasakan mudahnya melaksanakan berbagai tindakan kebajikan di bulan suci tersebut.
Bahkan tidak jarang di antara mereka yang menggunakan momentum Ramadhan untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya karena berbagai rangsangan yang memudahkan terlaksananya amal kebaikan.

Namun, tidak tidak setiap pribadi Muslim menyadari penyebab yang memudahkan terlaksananya berbagai kebaikan di bulan Ramadhan. Padahal jika direnungkan, peningkatan kadar keimanan di bulan tersebut dapat dilakukan melalui perenungan dan evaluasi sederhana sesuai dengan kapasitas akalnya.

Iman kata para ulama bagaikan pohon, ia akan tumbuh subur dengan disirami air dan ditaburi pupuk. Selanjutnya, ia akan berbuah sesuai dengan input yang diterimanya. Demikian pula dengan keimanan, ia akan tumbuh dengan menu utamanya amal saleh dan minumannya menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.

Dalam kaitan tersebut Sayyidina Ali RA berkata, "Iman bagaikan satu nuktah (titik) putih. Jika seseorang berbuat kebajikan, maka kadar keimanannya akan tumbuh dan memutihkan seluruh hati. Sedangkan nifak bagaikan satu nuktah (titik) hitam. Jika seseorang berbuat keburukan, maka kadar keimanannya akan berkurang sehingga menghitamkan seluruh hati."

Di dalam Alquran dan As-sunnah terdapat berbagai penjelasan yang menegaskan bertambahnya kadar keimanan dengan sebab perbuatan baik dan berkurangnya kadar keimanan dengan perbuatan buruk. 

Di antara penjelasan tersebut, Allah SWT berfirman, "Sungguh orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila nama Allah disebut maka hati mereka bergetar dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka keimanan mereka bertambah." (QS. Al-Anfaal: 2). 

Sedangkan di dalam As-Sunnah juga terdapat penjelasan serupa, di antaranya sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tangan (kekuasaan)nya. Jika tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan hatinya. Dan yang terakhir itu adalah iman yang paling lemah." (HR. Muslim).

Tentu yang dimaksudkan dengan amal saleh yang menjadi menu utama penambahan kadar keimanan tersebut bukan sekedar ibadah dalam arti khusus seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, kendati ibadah khusus tersebut berkaitan langsung dengan kadar keimanan seseorang. 

Melainkan juga semua ibadah dan kebajikan secara umum seperti mengajarkan/mempelajari ilmu agama; membaca Alquran dengan pendalaman makna serta tafsirnya; merenungkan sirah nabi dan sirah orang-orang saleh; meneliti/merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah; dan semua sarana maupun prasarana yang menjadi penyebab terlaksananya perbuatan baik. 

Disamping menu utama tersebut, peningkatan kadar keimanan seseorang perlu diberi minuman berupa menjauhkan diri dari perbuatan buruk. Sebab, keburukan dalam segala bentuknya memiliki pengaruh negatif terhadap tubuh, hati, dan jiwa serta berpengaruh langsung terhadap kadar keimanan seseorang. 

Termasuk dalam kategori perbuatan buruk di sini adalah segala bentuk kesamaran (syubhat) yang meragukan hati, sebab ke-syubhat-an layaknya bara api yang dengan perlahan namun pasti merusak dan membakar hati.

Semoga Allah SWT memberikan kesadaran kepada kita untuk senantiasa berbuat baik di dalam dan luar Ramadhan, sehingga kadar keimanan kita senantiasa meningkat yang sekaligus berarti peningkatan petujuk (hidayah) atas berbagai petunjuk yang telah dianugerahkan kepada kita. Wallahua'lam.

Perlu Kreativitas Agar Jamaah Kembali ke Masjid


Perlu Kreativitas Agar Jamaah Kembali ke Masjid

Rabu, 22 Agustus 2012, 22:59 WIB

Perlu Kreativitas Agar Jamaah Kembali ke Masjid
Seorang warga tengah shalat di sebuah masjid (ilustrasi).

AL-AKHBAR ON LINE - JAKARTA – Ketua Bidang Hukum Wakaf dan Prasarana Dewan Masjid Indonesia (DMI), Fattah Wibisono, menilai menurunnya jumlah jamaah masjid pascaRamadhan disebabkan karena bulan Ramadhan mampu mengkondisikan masyarakat untuk beribadah baik secara pribadi maupun sosial.

"Umat Islam memiliki penghargaan khusus pada bulan Ramadhan karena pada bulan ini pahala ibadah berlipat ganda," ujar Fattah, Rabu (22/8).

Menurut dia, menurunnya jumlah jamaah masjid pascaRamadhan bisa dipahami karena banyak dari jamaah terutama yang berada di kota-kota besar pulang ke kampung halaman.

"Untuk masjid di daerah penurunan tidak terlalu signifikan. Misalkan di Lamongan, jumlah jamaah shalat Subuh masih cukup banyak. Karena itu, perlu ada kegiatan kreatif dari para pengurus masjid agar masyarakat memakmurkan masjid kembali," kata dia.

Fattah mencontohkan kegiatan shalat malam seperti yang dilakukan Masjid Al-Ishlah di Kecamatan Adiwarna, Tegal. Pengurus Masjid Al-Ishlah mengadakan kegiatan shalat malam selama empat hari tiap pekannya.

"Dan itu penuh sekali jamaahnya. Mereka shalat tahajud kemudian dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah, kultum, dan sarapan gratis," tutur Fattah.

Contoh lainnya adalah dengan mengadakan pemberdayaan ekonomi lemah dan malam bina iman dan taqwa (mabit). Seperti yang dilakukan sebuah masjid di Surabaya. Sebelum pengajian Ahad pagi yang diselenggarakan masjid tersebut, para pengurus masjid mengundang pedagang kaki lima untuk berjualan di halaman masjid. 

Mereka juga membina para pedagang tersebut dalam bentuk pemberian modal juga pembinaan rohani. “Hal tersebut saya kira mampu mendorong perekonomian masyarakat. Selain itu, kegiatan itikaf di masjid-masjid bisa dilanjutkan dengan mengadakan mabit. Hal tersebut memberikan pengaruh positif pada masyarakat untuk kembali ke masjid," kata Fattah.

Saudi Tindak Travel yang Tawarkan ONH Plus


Saudi Tindak Travel yang Tawarkan ONH Plus

Rabu, 22 Agustus 2012, 22:36 WIB
  
Saudi Tindak Travel yang Tawarkan ONH Plus

Hotel-hotel yang menawarkan fasilitas 'Haji Bintang Lima' menjamur.



AL-AKHBAR ON LINE - MAKKAH -- Kementerian Haji Arab Saudi bakal menindak perusahaan haji yang menawarkan layanan haji VIP. Perusahaan atau travel yang menawarkan layanan tersebut bisa dijatuhi denda 100 ribu Saudi Arabia Real (SAR).

Kebijakan itu dikeluarkan menyusul kritik dari Menteri Dalam Negeri Saudi, Pangeran Ahmad atas promosi 'haji bintang lima'. "Layanan seperti itu tidak sesuai dengan ibadah yang merupakan rukun Islam kelima ini. Haji adalah perjalanan spiritual, bukan perjalanan bermewah-mewahan," kata seorang pejabat di Kementerian Haji Saudi.

Di Indonesia, haji VIP dikenal dengan sebutan 'Haji Plus' atau 'ONH Plus'. Perusahaan atau travel penyelenggara haji VIP menawarkan layanan seperti hidangan mewah, fasilitas televisi satelit dan layanan akes internet berkecepatan tinggi di penginapan para jamaah. Alasan itulah yang membuat Kementerian Haji Saudi bakal menindak perusahaan yang memberikan fasilitas mewah kepada para jamaah.

Selain itu, Kementerian Haji Saudi juga mengeluarkan aturan berisi para ulama dilarang menjadi model iklan perusahaan-perusahaan penyelenggara haji. Peraturan itu dikeluarkan menyusul menjamurnya hotel-hotel di Makkah dan sekitarnya.

Seperti disitat Saudi Gazette, Selasa (21/8) kemarin, peraturan baru itu mengakhiri perdebatan tentang apakah perusahaan-perusahaan itu mengeksploitasi para dai terkemuka untuk menarik umat muslim berangkat haji bersama mereka.

Kementerian Haji Saudi bakal bertindak tegas kepada perusahaan yang melanggar aturan tersebut. Mereka yang melanggar bakal dilarang memberikan akomodasi kepada jamaah haji di sekitar Masjidil Haram dan tempat-tempat suci lainnya.

Koran Al Watan
 melaporkan, Kementerian Haji Saudi menjelaskan perusahaan penyelenggara haji boleh menunjuk dai terkemuka untuk menjadi pembimbing jamaah mereka. Tetapi namanya tidak boleh dicantumkan dalam iklan jasa pemberangkatan haji/umrah yang mereka tawarkan.

Keputusan itu diambil pihak Kementerian Haji Saudi lantaran banyak perusahaan haji yang menggunakan nama para dai terkenal untuk menarik ongkos haji lebih tinggi.
Sumber: Saudi Gazette

Selasa, 21 Agustus 2012

Konsistensi Ibadah di Luar Ramadhan


Konsistensi Ibadah di Luar Ramadhan

Selasa, 22 Agustus 2012, 22:49 WIB
blogspot.com
  
Konsistensi Ibadah di Luar Ramadhan
Ilustrasi


AL-AKHBAR ON LINE - Berbahagialah orang-orang yang telah menunaikan puasa Ramadhan dan memelihara hawa nafsunya dari peringai kehinaan dan keinginan buruk setan. Berbahagialah orang-orang yang memasukkan kebahagiaan kepada anak yatim dan fakir-miskin di bulan Ramadhan. 

Berbahagialah orang-orang yang memulai pengalaman baru dengan intensif beribadah di bulan suci. Berbahagialah orang-orang yang diringankan Allah SWT dalam berbuat kebaikan. Berbahagialah orang-orang yang memperbanyak doa dan pengharapan kepada Allah SWT di bulan termulia. 

Berbahagialah dan berbahagialah orang-orang yang puasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Hal tersebut tidak lain karena Malaikat Jibril AS mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang berpuasa dengan berbagai upaya kebaikan yang dilakukan di dalamnya dan Rasulullah SAW mengaminkannya. 

Suatu hari, Rasulullah SAW menaiki tangga mimbar dan pada saat berada di atas tangga pertama, beliau berkata, “Amin”. Kemudian naik ke tangga kedua dan berkata, “Amin”. Lalu naik ke tangga ketiga dan berkata, “Amin”. 

Ketika Rasulullah SAW turun  mimbar dan memiliki waktu cukup luang dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasul, kami mendengar sebuah perkataan pada hari ini yang belum kami dengar sebelumnya.” Rasulullah SAW bertanya, “Kalian semua mendengarkannya?” Para sahabat berkata, “Iya”. 

Rasulullah SAW lalu bersabda, "Sungguh, Jibril AS menyampaikan kepadaku pada saat aku berada di tangga mimbar dengan perkataannya, ‘Rugilah orang-orang yang mendapati kedua atau salah satu orang tuanya berumur tua, namun  keduanya tidak menjadikannya masuk surga’. Aku (Rasulullah SAW) menjawab, ‘Amin’. Rugilah orang-orang yang jika namamu (Muhammad SAW) disebut, namun dia tidak mengucap shalawat kepadamu. Aku menjawab, ‘Amin’. Rugilah orang-orang yang mendapati Ramadhan namun tidak mendapat ampunan Allah. Aku menjawab, ‘Amin’." (HR. Tabrani).

Memasuki bulan Syawal, pertanyaan pertama bagi seorang Muslim adalah apakah semua  atau sebagian kegiatan ibadah dan pendekatan kepada Allah SWT di bulan Ramadhan akan ditradisikan dan dikonsistensikan di luar Ramadhan ataukah sama sekali tidak akan dilakukan? Dengan kata lain, apakah komunikasi intensif dengan Allah SWT dan hubungan baik sesama manusia di bulan Ramadhan akan memberi pengaruh seluruhnya, sebagiannya atau tidak memberi pengaruh sama sekali di luar Ramadhan?

Hal tersebut karena seorang mukmin sejati bukanlah "hamba" Ramadhan yang beribadah dan memanfaatkan peluang untuk mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT hanya di bulan Ramadhan. Seorang mukmin sejati bukanlah seorang yang berbuat kebajikan semaksimal mungkin selama satu bulan dan meninggalkannya di sebelas bulan kemudian, karena Allah SWT berfirman, "Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan datang kepadamu." (QS. Al-hijr: 99).  

Jika di bulan Ramadhan seorang mukmin sejati menyibukkan dirinya dengan kesulitan beribadah, taat dan istiqamah, maka di luar bulan Ramadhan ia juga akan menyibukkan diri dengan ibadah, taat, berbuat baik dan berakhlak mulia. 

Orang-orang yang beribadah, taat dan menjalin silaturahim hanya  di bulan Ramadhan dan meninggalkannya pasca Ramadhan, apalagi kembali kepada kehidupan yang dibenci dan dimurkai Allah, maka orang-orang itu masuk dalam kategori munafik. 

Hal tersebut karena dalam diri mereka telah hilang sifat-sifat pribadi Muslim yang baik yang berpihak pada kebenaran, kebaikan dan keadilan; mengingkari perintah Allah; memutus tali persaudaraan; beribadah karena mayoritas kaum Muslimin melakukan ibadah serupa dan membuat kerusakan di bumi. Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutus apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk." (QS. Ar-Ra'd: 25).

Yang dituntut dari seorang Muslim adalah menjadikan hari-hari di luar Ramadhan seperti Ramadhan, sehingga konsisten dalam dalam ibadah, takwa, silaturrahim, berbuat baik dan istiqamah sebagaimana penggambaran yang diberikan oleh Allah SWT terhadap pribadi mukmin di dalam Surah Al-Mu'minun: 1-11. Wallahua'lam.

Halal Bihalal dan Kesalehan Sosial


Halal Bihalal dan Kesalehan Sosial

Selasa, 21 Agustus 2012, 14:53 WIB
Gulf News
  
 Halal Bihalal dan Kesalehan Sosial

Suasana Idul Fitri di Uni Emirat Arab.


AL-AKHBAR ON LINE - “Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.” Untaian kalimat itu yang paling banyak terdengar ketika momentum Idul Fitri. Alhamdulillah, Lebaran telah tiba dan proses halal bihalal sudah berlangsung.

Bagi kita Umat Islam, Idul Fitri bukan sekadar perayaan ritual semata. Idul Fitri yang memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian menjadi momentum yang berbahagia. Bagaimana tidak, di saat Idul Fitri, sebagaimana diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci, Umat Islam lahir ‘kembali’ seorang manusia yang tidak dibebani dosa apapun. Bagaikan kelahiran seorang anak, yang diibaratkan secarik kertas putih.

Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini adalah fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang.

Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti “baikâ”.  Dalam pengertian kedua, kata “halal” terkait dengan status kelayakan sebuah makanan.

Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta kemenangan umat Islam yang selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai nafsu hewani. Dalam konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi umat Islam yang telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman. Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317).

Halal bihalal juga bisa dimaknai secara sosial. Aktivitas ibadah puasa sebulan penuh selama Ramadan selalu mendorong seorang hamba selalu melakukan ibadah. ibadah tidak hanya dilakukan secara vertikal kepada sang Khalik. Selama Ramadan, Umat Islam pun dididik untuk selalu beribadah horisontal (muamalah). Karena itu, selama Ramadan, Umat Islam dilatih untuk selalu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Ramadan penuh dengan pesan etika keshalehan sosial yang sangat tinggi, seperti pengendalian diri, disiplin, kejujuran, kesabaran, solidaritas dan saling tolong-menolong. Ini merupakan sebuah potret yang mengarah kepada eratnya keshalihan pribadi dengan keshalihan sosial.

Untuk menambah keyakinan kita, ada baiknya kita membaca kisah khalifah Umar. Dikisahkan, pada suatu malam di bulan Ramadan, Umar mengajak pembantunya berkeliling kota. Semua rumah gelap menandakan penghuninya sudah tidur. Ada satu rumah yang pintunya masih terbuka sedikit, karena tertarik Umar mendatanginya. Ternyata ada tangisan seorang anak yang suaranya hampir habis karena kelelahan.

Mengapa anak itu menangis terus, sakitkah? Tanya Umar bin Khattab. Ibu anak itu menjawab, “Tidak, dia menangis karena kelaparan.”

Umar melihat di dalam ada tungku yang menyala di atasnya ada kuali yang menandakan si ibu sedang memasak.  Apa yang sedang ibu masak? Tanya Umar kembali. Si ibu mempersilahkan tamu yang tak dikenalnya itu untuk melihat sendiri isinya.

Betapa terpananya Umar ketika melihat isi kuali itu batu. “Mengapa ibu merebus batu?” Tanya Umar.

Ibu itu menjawab, “Supaya anak saya melihat ibunya sedang memasak dan berhenti menangis. Itu yang dapat saya lakukan sampai tuan datang.”

Terharu Umar mendengarnya. Matanya tertunduk dan menggeleng sedih.

Saat itu pembantunya mengatakan, “Apakah ibu tidak tahu di Madinah ada Amirul Mukminin tempat ibu dapat mengadukan keadaan ibu untuk mendapatkan pertolongannya?”

Langsung Ibu itu menjawab, “Andai di kota ini ada seorang Khalifah, maka dialah yang seharusnya datang kepada kami untuk melihat nasib kami, rakyatnya yang kelaparan.”

Mendengar ucapan itu Umar bin Khattab langsung lemas dan bergegas pergi mengajak pembantunya mengambil sepikul gandum. Umar pun memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya yang sedang kelaparan.

Kisah itu menggambarkan betapa kokohnya spiritual seorang pemimpin (Umar) dan seorang rakyat jelata (ibu) yang miskin tetapi memelihara prinsip tawaru atau menjaga diri dari sikap meminta-minta. Di sisi lain, ada kekuatan spiritual seorang pemimpin yang menyadari dan menyesali kelalaiannya melayani rakyat.

Sebagai umat Islam yang hidup di zaman modern, kita berharap agar nilai-nilai yang dijalankan Khalifah Umar bin Khattab masih dapat dijalankan oleh para pemimpin di negeri ini yang mayoritas berpenduduk Islam.

Kita juga berharap, ketika kita benar-benar menjadi pemimpin umat kelak, dapat memberikan pelayanan kepada rakyat, khususnya rakyat yang tengah dilanda kelaparan dan kesusahan. Dengan berpuasa, kita berharap dapat meningkatkan rasa kepekaan terhadap kondisi sosial.

Sebagai manifestasi kesalehan individual dan sosial, puasa menjadi sangat penting ketika mampu menciptakan kondisi kondusif untuk terjadinya perubahan demi terciptanya masyarakat yang egaliter, toleran, dinamis dan beradab. Dan, orang yang mampu menciptakan masyarakat seperti itu sudah mendekati ambang puasa ideal.

Nilai-nilai muamalah (kemanusiaan) yang dibawa selama Ramadan ini merupakan bukti alangkah besarnya kepedulian Allah terhadap problematika sosial. Ia tidak hanya peduli terhadap keshalihan pribadi tapi lebih kepada kesalihan sosial sehingga Ia pun menggantungkan keabsahan keshalihan pribadi kepada keshalihan sosial.