MOHON DUKUNGAN

MOHON DUKUNGAN

Rabu, 25 Juli 2012


Atlet perempuan Arab Saudi boleh ikut olimpiade

Rabu, 25 Juli 2012

Dalma Rushdi Malhas
SERANG - Arab Saudi mengizinkan atlet perempuannya untuk pertama kali bertanding di olimpiade.
Sebuah pernyataan dari Kedutaan Besar Arab Saudi di London mengatakan komite olimpiade negara itu akan mengizinkan partisipasi atlet perempuan yang lolos kualifikasi.
Keputusan ini mengakhiri spekulasi yang beredar selama ini tentang kemungkinan seluruh tim Arab Saudi akan didiskualifikasi karena diskriminasi jenis kelamin.
Wartawan BBC untuk urusan Timur Tengah, Frank Gardner, melaporkan atlet perempuan sebenarnya masih ditentang dengan keras oleh kelompok konservatif di negara itu.
Sejauh ini, beberapa pekan menjelang penyelenggaraan Olimpiade London, satu-satunya atlet perempuan yang memenuhi standar olimpiade adalah penunggang kuda Dalma Rushdi Malhas.
Namun pihak berwenang Arab Saudi mengatakan masih ada peluang bagi atlet perempuan lain untuk lolos kualifikasi dan jika berhasil maka akan mengenakan pakaian yang 'melindungi martabat mereka'.
Secara praktis pakaian tersebut kemungkinan merupakan pakaian yang tidak ketat dan jilbab yang menutup rambut tapi bukan wajah.
Keputusan mengizinkan atlet perempuan untuk bertanding di olimpiade merupakan sebuah lompatan besar bagi Arab Saudi.

Pengumuman ditunda

Hingga April tahun ini, penguasa Arab Saudi dilaporkan masih tunduk pada kelompok konservatif dan tetap melarang perempuan ikut serta dalam pesta olahraga London 2012.
Namun selama beberapa pekan belakangan berlangsung pembicaraan yang langsung dipimpin oleh Raja Abdullah, yang sudah lama ingin meningkatkan peran perempuan dalam masyarakat Arab Saudi.
Dalam pertemuan tertutup yang berlangsung di Jeddah pertengahan Juni -seperti dilaporkan para pejabat Arab Saudi- sebuah konsensus dicapai antara raja, putra mahkota, menteri luar negeri, dan para ulama terkemuka, serta mufti agung, untuk mengubah keputusan tersebut.
Sumber BBC menyebutkan bahwa pengumuman atas perubahan keputusan itu sudah disiapkan namun ditunda karena kematian putra mahkota, Pangeran Nayef.
"Ini sangat peka. Raja Abdullah berupaya untuk memulai reformasi dengan cara yang halus, dengan menemukan keseimbangan antara berjalan terlalu cepat atau berjalan terlalu lambat," kata seorang pejabat senior Arab Saudi kepada BBC.
Pejabat tersebut mengakui bahwa melarang atlet perempuan untuk ikut serta akan menciptakan citra yang buruk di panggung internasional.
Langkah ini bukan yang pertama diambil Kerajaan Arab Saudi dalam menempuh reformasi yang kontroversial.
Raja Faisal, yang mengizinkan televisi pada tahun 1960-an dan belakangan dibunuh- adalah raja yang menekankan perlunya pendidikan untuk perempuan.
Dan saat ini, jumlah perempuan yang tamat universitas di Arab Saudi lebih banyak dari pria.

Tidak ada komentar: