MOHON DUKUNGAN

MOHON DUKUNGAN

Senin, 23 Desember 2013

Sejoli dari Tanah Suci


Sejoli dari Tanah Suci


Sejoli dari Tanah Suci

Merdeka.com - Pelan tapi pasti borok itu tersingkap. Arab Saudi dan Israel ternyata diam-diam menjalin hubungan.

The Sunday Times pertama kali melansir informasi itu bulan lalu. Surat kabar ini menulis bahwa Riyadh dan Tel Aviv tengah menyiapkan rencana menyerbu Iran. Saudi sepakat mengizinkan wilayah udara mereka dilintasi jet-jet tempur Israel. Negeri Petro Dollar ini juga siap membantu operasi penyelamatan dengan menyediakan helikopter, pesawat tempur, serta pesawat pengebom nirawak.

Kantor berita semiresmi Iran Fars menguatkan kecurigaan itu. Mereka menyebut kepala dinas intelijen Saudi Pangeran Bandar bin Sultan bertemu direktur Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel) Tamir Pardo dan sejumlah pejabat intelijen Israel lainnya.

Perjumpaan ini berlangsung bersamaan dengan perundingan soal program nuklir Iran yang sedang berjalan di Kota Jenewa, Swiss. Kedua pihak membahas soal bagaimana mencegah Iran menguasai teknologi pembuatan senjata pemusnah massal, mengontrol kelompok jihadis di Suriah, mengenyahkan Ikhwanul Muslimin, dan menghentikan gelombang Revolusi Arab.

Perundingan soal nuklir Iran di Swiss itu berakhir dengan kesepakatan Teheran bersedia menghentikan proyek pengayaan uranium. Sebagai balasan, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, China, dan jerman harus mencabut sanksi. Mereka juga setuju memberi bantuan US$ 7 miliar bagi Iran buat meringankan beban akibat sanksi selama ini.
Hasilnya bisa ditebak. Saudi dan Israel menolak kesepakatan itu. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut itu sebagai kesalahan sejarah.
"Saudi dan Iran ketakutan dengan kebijakan Amerika terhadap Iran sekarang," kata mantan diplomat Amerika John Graham, seperti dilansir stasiun televisi Russia Today, Kamis pekan lalu.

Kedua negara sama-sama mencemaskan menguatnya pengaruh Iran di Timur Tengah. Jika Negeri Mullah itu berhasil menjadi negara berkekuatan nuklir, dominasi israel sebagai satu-satunya negara adikuasa di kawasan itu bakal terancam. Apalagi rezim di Teheran tidak sekadar menolak mengakui Israel. Pemimpin Iran beberapa kali bersumpah melenyapkan negara Zionis itu di hadapan publik.

Bagi Saudi, terus bertiupnya gelombang musim Semi Arab bisa mengancam stabilitas negara-negara kerajaan di Teluk Persia. Kekuasaan mereka secara turun-temurun bakal hancur digantikan kelompok-kelompok Islam lebih berkiblat kepada Iran.

Informasi rahasia soal kedekatan Saudi dan Israel ini terus bergulir. Menurut Radio Israel, delegasi militer Saudi dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Amir Salman bin Sultan baru-baru ini melawat ke Israel.

"Delegasi Saudi bertemu para pejabat keamanan Israel," kata sejumlah sumber seperti dikutip surat kabar Al-Manar. "Bin Sultan juga mengunjungi salah satu markas militer Israel ditemani seorang pejabat senior Israel."

Kontroversi belum selesai. Diplomat kedua negara juga bertemu di sela Konferensi Kebijakan Dunia di Monako. Mantan menteri intelijen dan pernah menjabat duta besar Saudi untuk Amerika, Pangeran Turki al-Faisal bersalaman dengan bekas duta besar Israel di Washington, Itamar Rabinovich, serta ditemani anggota Knesset (parlemen Israel) Meir Shitrit.

Dalam kesempatan itu Pangeran Turki mendesak Israel menerima inisiatif perdamaian dari Saudi. Namun dia menolak menerima undangan buat berpidato di depan anggota Knesset.

Seorang juru bicara Kementerian Luar negeri Saudi tak disebut namanya membantah negaranya menjalin kontak dengan Israel. "Riyadh tidak menjalin hubungan atau kontak dengan Israel dalam bentuk apapun dan di tingkat apapun."

Tapi fakta kerja sama kedua negara di bidang ekonomi sudah terungkap ke publik. Saudi menggandeng perusahaan keamanan tersohor asal Israel G4S buat mengamankan pelaksanaan ibadah haji saban tahun. Perusahaan ini telah bekerja sama dengan pemerintah saudi sejak tiga tahun lalu dengan nama Almajal G4S.

Direktur lembaga nirlaba Friends of Al-Aqsa Ismail Patil memprotes kebijakan itu. "Tidak bisa diterima Saudi mengizinkan perusahaan terlibat dengan penjajahan Israel dan penyiksaan rakyat Palestina menangani keamanan jamaah haji," ujarnya seperti dikutip Middle East Monitor akhir September lalu.

Seperti teori dalam politik: tidak ada musuh abadi, yang abadi adalah kepentingan. Sebab itu lumrah saja, Saudi berwajah ganda, terang-terangan memusuhi Israel namun diam-diam bermesraan dengan rezim Zionis itu.

Tidak ada komentar: